Jumat, 03 Juni 2011
Cara Dicintai Allah
Sesungguhnya sebab-sebab yang dapat mendatangkan kecintaan (dari Allah subhanahu wa ta'ala) ada sepuluh sebab:
1. Membaca dan mentadaburi Al-Qur'an, serta memahami makna-maknanya dan maksud yang terkandung di dalamnya
2. Mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta'ala dengan menjalankan amalan-amalan yang sunnah sesudah yang wajib
3. Terus menerus berdzikir kepada Allah dalam setiap keadaan, baik dengan lisan, hati, perbuatan maupun keadaan, karena kadar kecintaan tergantung pada dzikirnya
4. Mengutamakan apa-apa yang Allah cintai daripada apa yang engkau cintai ketika hawa nafsu sedang menguasai
5. Hati senantiasa menelaah dan memperhatikan nama-nama Allah dan sifat-sifatnya, dan mendalaminya di taman dan medan ilmu pengetahuan ini
6. Menyaksikan berbagai kebaikan dan nikmat Allah yang lahir dan batin
7. Merasa rendah dan tunduk hatinya di hadapan Allah, dan ini merupakan sebab yang sangat menakjubkan
8. Menyendiri (untuk beribadah) pada waktu turunnya Allah (ke langit dunia pada sepertiga terakhir dari waktu malam) dan membaca kitab-Nya, lalu menutupnya dengan istighfar dan taubat
9. Bermajelis dengan orang-orang yang mencintai Allah dengan jujur, mengambil buah yang baik dari perkataan mereka, dan engkau tidak berbicara kecuali jika nampak kuat adanya maslahat dalam berbicara dan engkau tau akan menambah manfaat bagi dirimu dan orang lain
10. Menjauhi setiap sebab yang akan menjadi penghalang antara hati dengan Allah
Sumber: Madaariju As-Salikin karya Ibnul Qoyyim, dikutip dari buku Fikih Doa dan Dzikir, Syaikh 'Abdur Razzaq bin 'Abdul Muhsin Al-Badr
TIPE WANITA DALAM AL-QUR'AN
Ketika memasuki sebuah showroom, butik, atau toko yang menjual pakaian
wanita, kita akan mendapatkan pakaian dalam berbagai bentuk, corak,
dan ragamnya. Mau pilih yang mana? Semuanya terserah kita. Sebab kita
sendiri yang akan memakainya. Kita pula yang akan menerima konsekuensi
dari memakai pakaian tersebut.
Pakaian dapat kita analogikan dengan kepribadian. Seperti halnya
pakaian, kepribadian wanita pun memiliki beragam jenis dan corak. Kita
diberi kebebasan untuk memilih tipe mana saja yang paling disukainya.
Namun ingat, dalam setiap pilihan ada tanggung jawab yang harus
dipikul. Karena itu, agar tidak menyesal di kemudian hari, Al-Qur’an
memberi tuntunan kepada orang-orang beriman (khususnya Muslimah) agar
tidak salah dalam memilih kepribadian.
Setidaknya ada lima tipe wanita dalam Al-Qur’an, yakni, pertama, tipe
pejuang. Wanita tipe pejuang memiliki kepribadian kuat. Ia berani
menanggung risiko apa pun saat keimanannya diusik dan kehormatannya
dilecehkan. Tipe ini diwakili oleh Siti Asiyah binti Mazahim, istri
Fir’aun. Walau berada dalam cengkraman Fir’aun, Asiyah mampu menjaga
aqidah dan harga dirinya sebagai seorang Muslimah. Asiyah lebih
memilih istana di surga daripada istana di dunia yang dijanjikan
Fir’aun. Allah SWT mengabadikan do’anya, “Dan Allah menjadikan
perempuan Fir’aun teladan bagi orang-orang beriman, dan ia berdo’a :
Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisiMu dalam surga dan
selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya dan selamatkan aku
dari kaum yang dzalim.” (QS. At-Tahriim [66] : 11).
Kedua, tipe wanita shalihah yang menjaga kesucian dirinya. Tipe ini
diwakili Maryam binti Imran. Hari-harinya ia isi dengan ketaatan
kepada Allah. Ia pun sangat konsisten menjaga kesucian dirinya.
“Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah
seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!”
demikian ungkap Maryam (QS. Maryam [19] : 20). Karena keutamaan
inilah, Allah SWT mengabadikan namanya sebagai nama salah satu surat
dalam Al-Qur’an (QS. Maryam [19]). Maryam pun diamanahi untuk mengasuh
dan membesarkan Kekasih Allah, Isa putra Maryam (QS. Maryam [19] :
16-34). Allah SWT memuliakan Maryam bukan karena kecantikannya, namun
karena keshalihan dan kesuciannya.
Ketiga, tipe penghasut, tukang fitnah, dan biang gosip. Tipe ini
diwakili Hindun, istrinya Abu Lahab. Al-Qur’an menjulukinya sebagai
“pembawa kayu bakar” alias penyebar fitnah. Dalam istilah sekarang,
wanita penyiram bensin. “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan
sesungguhnya ia akan binasa. demikian pula istrinya, pembawa kayu
bakar yang di lehernya ada tali dari sabut.” (QS. Al-Lahab [111] :
1-5). Bersama suaminya, Hindun bahu membahu menentang dakwah
Rasulullah SAW, menyebar fitnah, dan melakukan kezaliman. Isu yang
awalnya biasa, menjadi luar biasa ketika diucapkan Hindun.
Keempat, tipe wanita penggoda. Tipe ini diperankan Zulaikha saat
menggoda Nabi Yusuf. Petualangan Zulaikha diungkapkan dalam Al-Qur’an,
“Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf
untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu,
seraya berkata, “Marilah ke sini.” Yusuf berkata, “Aku berlindung
kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.”
Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung.” (QS. Yusuf
[12] : 23).
Kelima, tipe wanita pengkhianat dan ingkar terhadap suaminya. Allah
SWT memuji wanita yang tidak taat kepada suaminya yang zalim, seperti
dilakukan perempuan Fir’aun (QS. At-Tahriim [66] : 11). Namun, pada
saat bersamaan Allah pun mengecam perempuan yang bekhianat kepada
suaminya (yang shaleh). Istrinya Nabi Nuh dan Nabi Luth mewakili tipe
ini. Saat suaminya memperjuangkan kebenaran, mereka malah menjadi
pengkhianat dakwah.
Difirmankan, “Allah membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi
orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba
yang shaleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu
berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tiada dapat
membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada
keduanya) : Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk
(neraka).” (QS. At-Tahriim [66] : 10).
Wanita-wanita yang dikisahkan Al-Qur’an ini hidup ribuan tahun lalu.
Namun karakteristik dan sifatnya tetap abadi sampai sekarang. Ada tipe
pejuang yang kokoh keimanannya, ada wanita shalihah yang tangguh dalam
ibadah dan konsisten menjaga kesucian diri, ada pula tipe penghasut,
penggoda, dan pengkhianat. Terserah kita mau pilih yang mana. Bila
memilih tipe pertama dan kedua, maka kemuliaan dan kebahagiaan yang
akan kita dapatkan. Sedangkan bila memilih tiga tipe terakhir,
kehinaan di dunia dan kesengsaraan akhiratlah akan kita rasakan.
“Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kamu ayat-ayat yang
memberi penerangan, dan contoh-contoh dari orang-orang yang terdahulu
sebelum kamu dan pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS.
An-Nuur [24] : 34). Wallaahu a’lam.
wanita, kita akan mendapatkan pakaian dalam berbagai bentuk, corak,
dan ragamnya. Mau pilih yang mana? Semuanya terserah kita. Sebab kita
sendiri yang akan memakainya. Kita pula yang akan menerima konsekuensi
dari memakai pakaian tersebut.
Pakaian dapat kita analogikan dengan kepribadian. Seperti halnya
pakaian, kepribadian wanita pun memiliki beragam jenis dan corak. Kita
diberi kebebasan untuk memilih tipe mana saja yang paling disukainya.
Namun ingat, dalam setiap pilihan ada tanggung jawab yang harus
dipikul. Karena itu, agar tidak menyesal di kemudian hari, Al-Qur’an
memberi tuntunan kepada orang-orang beriman (khususnya Muslimah) agar
tidak salah dalam memilih kepribadian.
Setidaknya ada lima tipe wanita dalam Al-Qur’an, yakni, pertama, tipe
pejuang. Wanita tipe pejuang memiliki kepribadian kuat. Ia berani
menanggung risiko apa pun saat keimanannya diusik dan kehormatannya
dilecehkan. Tipe ini diwakili oleh Siti Asiyah binti Mazahim, istri
Fir’aun. Walau berada dalam cengkraman Fir’aun, Asiyah mampu menjaga
aqidah dan harga dirinya sebagai seorang Muslimah. Asiyah lebih
memilih istana di surga daripada istana di dunia yang dijanjikan
Fir’aun. Allah SWT mengabadikan do’anya, “Dan Allah menjadikan
perempuan Fir’aun teladan bagi orang-orang beriman, dan ia berdo’a :
Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisiMu dalam surga dan
selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya dan selamatkan aku
dari kaum yang dzalim.” (QS. At-Tahriim [66] : 11).
Kedua, tipe wanita shalihah yang menjaga kesucian dirinya. Tipe ini
diwakili Maryam binti Imran. Hari-harinya ia isi dengan ketaatan
kepada Allah. Ia pun sangat konsisten menjaga kesucian dirinya.
“Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah
seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!”
demikian ungkap Maryam (QS. Maryam [19] : 20). Karena keutamaan
inilah, Allah SWT mengabadikan namanya sebagai nama salah satu surat
dalam Al-Qur’an (QS. Maryam [19]). Maryam pun diamanahi untuk mengasuh
dan membesarkan Kekasih Allah, Isa putra Maryam (QS. Maryam [19] :
16-34). Allah SWT memuliakan Maryam bukan karena kecantikannya, namun
karena keshalihan dan kesuciannya.
Ketiga, tipe penghasut, tukang fitnah, dan biang gosip. Tipe ini
diwakili Hindun, istrinya Abu Lahab. Al-Qur’an menjulukinya sebagai
“pembawa kayu bakar” alias penyebar fitnah. Dalam istilah sekarang,
wanita penyiram bensin. “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan
sesungguhnya ia akan binasa. demikian pula istrinya, pembawa kayu
bakar yang di lehernya ada tali dari sabut.” (QS. Al-Lahab [111] :
1-5). Bersama suaminya, Hindun bahu membahu menentang dakwah
Rasulullah SAW, menyebar fitnah, dan melakukan kezaliman. Isu yang
awalnya biasa, menjadi luar biasa ketika diucapkan Hindun.
Keempat, tipe wanita penggoda. Tipe ini diperankan Zulaikha saat
menggoda Nabi Yusuf. Petualangan Zulaikha diungkapkan dalam Al-Qur’an,
“Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf
untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu,
seraya berkata, “Marilah ke sini.” Yusuf berkata, “Aku berlindung
kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.”
Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung.” (QS. Yusuf
[12] : 23).
Kelima, tipe wanita pengkhianat dan ingkar terhadap suaminya. Allah
SWT memuji wanita yang tidak taat kepada suaminya yang zalim, seperti
dilakukan perempuan Fir’aun (QS. At-Tahriim [66] : 11). Namun, pada
saat bersamaan Allah pun mengecam perempuan yang bekhianat kepada
suaminya (yang shaleh). Istrinya Nabi Nuh dan Nabi Luth mewakili tipe
ini. Saat suaminya memperjuangkan kebenaran, mereka malah menjadi
pengkhianat dakwah.
Difirmankan, “Allah membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi
orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba
yang shaleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu
berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tiada dapat
membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada
keduanya) : Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk
(neraka).” (QS. At-Tahriim [66] : 10).
Wanita-wanita yang dikisahkan Al-Qur’an ini hidup ribuan tahun lalu.
Namun karakteristik dan sifatnya tetap abadi sampai sekarang. Ada tipe
pejuang yang kokoh keimanannya, ada wanita shalihah yang tangguh dalam
ibadah dan konsisten menjaga kesucian diri, ada pula tipe penghasut,
penggoda, dan pengkhianat. Terserah kita mau pilih yang mana. Bila
memilih tipe pertama dan kedua, maka kemuliaan dan kebahagiaan yang
akan kita dapatkan. Sedangkan bila memilih tiga tipe terakhir,
kehinaan di dunia dan kesengsaraan akhiratlah akan kita rasakan.
“Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kamu ayat-ayat yang
memberi penerangan, dan contoh-contoh dari orang-orang yang terdahulu
sebelum kamu dan pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS.
An-Nuur [24] : 34). Wallaahu a’lam.
Kamis, 02 Juni 2011
Kenikmatan Hanya Sesa'at
Dalam hidup kita bisa merasakan keindahan ciptaan allah Swt, mulai dari bernafar,makan dan hal-hal lain yang bersangkutan dengan tubuh kita....kita juga bisa merasakan dari kecantikan,kedudukan,materi yang cukup tapi kadang sepintas juga lupa akan namanya kematian yang begitu tanpa diduga kedatangannya yang bisa merenggut kenikmatan kita didunia kapan saja mau'nya...kita semua kenikmatan kita akan terenggut yang ada hanya penyesalan diakhir kelak nanti. Kematian hanya membawa Keimanan masa masih hidup..hmmmm..!!smga kita termasuk yang mempunyai keimanan yang diridhoi allah Swt..amiin.
Indah'nya Kejujuran
Sahabat, jika kita mengerjakan sesuatu dimulai dengan suatu kebohongan, maka kebohongan tersebut akan menuntut kebohongan yang selanjutnya untuk menutupi kebohongan tersebut. Contohnya saja jika kita melakukan perselingkuhan, secara tidak langsung hubungan perselingkuhan itu menuntut kita untuk berbohong, untuk menutupi agar kekasih kita tidak mengetahui, seperti apa yang dikatakan pepatah »selincah lincahnya bajing melompat, pasti dia akan jatuh juga«, yang pasti perselingkuhan itu tidak akan berlangsung lama.
Sahabatku, alangkah indahnya jika kita menjalin suatu hubungan tanpa adanya kebohongan, ingat sahabat, niat yang tulus akan dibukakan jalan yang indah untuk mencapai suatu keberhasilan.
Sahabatku, alangkah indahnya jika kita menjalin suatu hubungan tanpa adanya kebohongan, ingat sahabat, niat yang tulus akan dibukakan jalan yang indah untuk mencapai suatu keberhasilan.
KEMATIAN
Kematian adalah sesuatu yang sulit dipahami, sekaligus begitu lazim terjadi. Umat manusia sudah sangat akrab dengan kematian sebagaimana ia juga akrab dengan kehidupan. Mati dan hidup adalah dua hal yang terus dipergilirkan. Kadang saya berhenti dan terhenyak, teringat pada orang-orang yang tidak akan lagi bisa saya jumpai ; paling tidak, bukan di dunia ini. Kematian itu begitu wajar, namun tidak pernah habis untuk dipikirkan. Mati itu mengherankan.
Saya masih ingat ketika Mak Etek menelpon dari rumah sakit untuk memberi kabar bahwa Papa sudah wafat. Saya sendirian di rumah bersama dua orang pembantu. Segera saja saya sibuk mempersiapkan segala sesuatunya ; menyiapkan tempat tidur untuk membaringkan jenazah di ruang tengah, memesan tenda untuk di depan rumah, dan sebagainya. Tubuh sibuk bekerja, tapi pikiran saya tidak pernah lepas dari kematian itu sendiri. Gerangan apa yang sebenarnya terjadi? Papa sudah tiada!
Ketika rombongan sampai di rumah dan jenazah sudah dibaringkan di ruang tengah, tak ada air mata yang mengalir di wajah. Saya sibuk memikirkan : apakah kematian itu sebenarnya? Bagaimana semua ini bisa terjadi? Wajah yang tidak pernah nampak kelelahan meski dalam puncak sakitnya sekalipun itu, kini tidak lagi memancarkan ekspresi. Tubuh yang selalu perkasa meski terbaring di tempat tidur di rumah sakit itu kini tidak lagi bergerak.
Perlu waktu semalam bagi saya untuk benar-benar memahami bahwa Papa benar-benar sudah tiada, dan tidak akan kembali lagi ke dunia ini untuk selamanya. Suatu konsep yang benar-benar susah bagi saya untuk memahaminya ; bagaimana orang yang sehari-harinya selalu hadir dalam hidup tiba-tiba direnggut begitu saja oleh sebuah kekuatan tak terlihat, tanpa kompromi dan tanpa banyak tanya. Sehari sebelumnya saya masih bersamanya, tapi kini tidak lagi. Perbedaan antara mati dan hidup hanya setarikan napas saja. Andai saya bisa melihat batasnya, dan andai saja semua ini tidak begitu tiba-tiba. Andai saja kita semua punya cukup waktu dalam hidup untuk memahami kematian. Tapi waktu tidak pernah cukup untuk menjawab semua pertanyaan.
Dalam waktu yang sangat singkat itu saya dipaksa untuk memahami bahwa manusia itu bukan tubuh yang bergerak kesana kemari tanpa tujuan. Tubuh memang tidak memahami apa-apa. Ada jiwa yang hidup di dalamnya yang memberikan tujuan kepada tubuh. Tangan, kaki, paru-paru, jantung dan otak, semuanya berhenti bekerja ketika jiwa itu pulang ke tempat asalnya, sesuai waktu yang telah ditentukan baginya. Yang terbaring di ruang tengah itu hanyalah tubuh, ia bukan Papa saya. Ya, tentu saja, rasanya tidak ada puas-puasnya mengucapkan selamat tinggal kepada tubuh yang akan dimakamkan itu, tapi Papa yang sesungguhnya telah pergi. Begitulah kenyataan yang mesti diterima dan dipahami. Andai saja ada waktu yang cukup untuk memahami segalanya. Tapi hidup ini memang tidak pernah cukup untuk menjawab semua pertanyaan, dan akal saya pun tidak cukup mampu untuk mencarikan semua jawaban.
Berita kematian Alda Rizma yang sangat mendadak kemarin sangat menyita pikiran saya. Lagi-lagi kematian. Puluhan, bahkan ratusan kematian diwartakan di televisi dan surat kabar, namun saya tidak juga paham. Agaknya subjektifitas manusialah yang menyebabkan hatinya hanya tersentuh pada hal-hal yang dikenalnya saja.
Saya ingat beberapa kali pernah berpapasan dengan Alda di Bogor. Rasanya ia hanya seangkatan di bawah saya, tapi berbeda sekolah. Saya juga kaget ketika melihatnya masih mengenakan seragam SMA, karena saya terbiasa melihat penampilannya di video klipnya dahulu. Saya pikir ia sudah mahasiswi, karena terpengaruh oleh penampilannya yang amat dewasa. Ketika itu, saya cuma berkomentar, “Wah, anak sekarang, kelebihan hormon!” Teman saya langsung terkekeh-kekeh dan mengiyakan kata-kata itu.
Lama tak terdengar kabarnya, berita selanjutnya dari Alda adalah berita overdosis narkoba dan tabrakan naas yang mengakibatkan mobilnya hancur berantakan, dan (katanya) kakinya patah serta beberapa giginya tanggal. Melihat keadaan mobilnya, saya rasa ia beruntung masih hidup. Sayang, berita berikutnya yang saya dengar malah lebih menyedihkan lagi.
Alda ditemukan dalam keadaan sekarat di sebuah kamar hotel di Jakarta. Diduga ia telah meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit. Hasil penyelidikan sementara menyimpulkan ia meninggal karena overdosis narkoba. Selain itu, di kamar hotelnya pun ditemukan berbagai macam obat-obatan, alat suntik, alat infus, bahkan kondom. Polisi kini dikerahkan untuk memburu lelaki yang disebut-sebut bersama Alda malam itu.
Kini, gadis yang dulu pernah membuat saya tercengang karena penampilannya yang cenderung glamor itu sudah terbaring tak berdaya. Benar-benar tak berdaya. Saya terhenyak selama beberapa saat ketika kamera televisi menyorot wajah jenazahnya. Sebelas tahun setelah wafatnya Papa, saya masih belum juga memahami kematian. Saya takjub dengan sebuah kekuatan yang mampu memisahkan tubuh dan jiwa, kemudian membuat situasi menjadi begitu berbeda. Segalanya berubah ketika jiwa berpulang ke kampung halamannya. Nothing will ever be the same again....hmmm...hmmmmmm
PERSAINGAN TIDAK SEHAT
Pernahkah juara dunia lari 100 meter berlomba lari sendirian? Pasti tidak. Apakah sang juara ketika berlari tidak punya keinginan untuk mengalahkan orang lain? Jelas punya keinginan. Nah keinginan itulah sebagai unsur impiannya. Sementara pelari lain merupakan unsur pendorong yang menyebabkan dia mampu menjadi juara. Dia tidak mau kalah dengan pelari lain. Dengan kata lain karena masing-masing pelari ingin menjadi juara maka disitulah terjadi persaingan. Yaitu persaingan untuk menjadi yang terbaik. Dalam dunia kerja,ataupun persaingan dalam mendapatkan siswa baru, persaingan dalam satu tim bisa diduga akan terjadi persaingan antarindividu yang akan menimbulkan kekerasan dari adu mulut sampai adu jotos ( begitulah yang terjadi di negara kita tercinta ini ). Sementara persaingan dalam satu divisi, misalnya, maka yang terjadi adalah persaingan antartim kerja. Sama saja dengan contoh juara lari, maka suasana persaingan akan membantu tim tertentu menghasilkan yang terbaik. Hal demikian baru bisa tercapai apabila tiap individu tim secara keseluruhan mau belajar, mempraktekan, atau memainkan “pertandingan” atau proses pekerjaan dengan sehat. Dengan kata lain tidak main sikut atau curang. Sebaliknya harus “fair play”; mengikuti aturan dan berjiwa sportif. Obsesinya adalah kalau “juara” maka imbalan dalam bentuk promosi karir, imbalan berupa uang akan sudah tampak di depan mata.
Sementara itu persaingan sehat membutuhkan penilaian yang jujur. Setiap catatan keberhasilan seharusnya mencerminkan ciri obyektif. Artinya harus jelas sekali ukuran-ukuran yang dinilai. Kalau dalam suatu tim maka ukuran yang paling mudah adalah produktivitas. Kemudian perlu pengukuran efektifitas dan efisiensinya. Juga perlu ditelaah pada berapa periode “kemenangan” dicapai suatu tim termasuk fluktuasinya. Apakah cenderung berfluktuasi ataukah cenderung terus meningkat ataukah pula hanya datar-datar saja. Perhitungan yang didasarkan pada kondisi nyata akan berkontribusi pada hasil pengukuran yang obyektif. Untuk itu perusahaan harus memiliki standar ukuran suatu proses dan kinerjanya.
Persaingan sehat seharusnya mampu membangun persahabatan. Karena diawali dengan jiwa sportif dan jujur maka tidak ada alasan, persaingan sesama tim dalam satu divisi akan menimbulkan pertentangan antartim. Justru malah sebaliknya yakni persaingan sehat untuk membangun hubungan semakin baik dalam satu tim maupun dengan tim lain. Ikatan ini akan menciptakan motivasi tim dalam mengembangkan persahabatan bahkan persaudaraan yang lebih besar lagi. Kalau ini terjadi maka yang diuntungkan tidak saja individu karyawan dan manajemen tetapi juga organisasi.
Selain itu persaingan sehat tidaklah harus menjadi urusan personal pemain. Artinya persaingan antartim seharusnya dipandang dari sudut untuk memperoleh kesenangan dalam ”bermain”. Setiap individu seharusnya tidak ada yang merasa bersalah lalu kecewa sampai bermuram durja setelah permainan selesai. Justru sebaliknya tiap individu dan kelompok melakukan penilaian diri tentang kekuatan dan kelemahannya. Pokoknya persaingan sehat seharusnya tidak mengenal kata ”beban” baik kalau menang maupun kalau kalah dalam persaingan.
Inti dari persaingan sehat sebenarnya pada upaya membangun perusahaan yang memiliki daya saing tinggi. Karena itu persaingan, dalam prakteknya, membantu individu tim untuk saling memperbaiki performanya. Jangan sampai ekstremnya, para pemain apalagi ketua timnya berselisih atau tidak bertegur sapa dengan tim lainnya. Kalau itu terjadi berarti ada yang kurang sehat di kalangan individu. Konon ”tidak siap” kalah namanya. Karena itu setiap tim seharusnya menempatkan persaingan sesuai dengan tempatnya secara proporsional. Persaingan harus dipandang sebagai saluran untuk ajang saling mengembangkan motivasi, kreasi, dan insiatif. Sekaligus sebagai tempat untuk membuktikan derajat kemampuan berkoordinasi dan derajat kinerja yang dapat dicapai individu dalam suatu tim. Tentunya persaingan sehat ini baru bisa terjadi kalau ada dukungan manajemen puncak dan para pimpinan di tingkat manajemen lainnya. nah dalam persaingan yang jujur diperlukan akal dan fikiran kita yang bersih juga tak tetinggal dengan adanya keimanan kita....smoga..!!
Kenalilah Ciri Orang Munafik
Munāfiq atau Munafik (kata benda, dari bahasa Arab: منافق, plural munāfiqūn) adalah terminologi dalam Islam untuk merujuk pada mereka yang berpura-pura mengikuti ajaran agama namun sebenarnya tidak mengakuinya dalam hatinya.
Di akhir zaman, di mana kita berada jauh dari Rasulullah dan sahabat yang soleh, sudah tentu ramai munafik berada di keliling kita dan mempengaruhi pemikiran kita supaya sentiasa menolak Islam dan keabadian kepada Allah. Dalam Al Quran sifat munafik yang selalu di sebut ialah mereka adalah penghalang kepada menegakkan Islam dan menjadikan Islam unggul dengan berbagai alasan yang amat muluk dan enak di dengar sehingga muslim yang baik mempercayaai nya. Munafik tidak menjadi murtad kerana mereka selesa menipu ummat Islam dan sebenarnya mereka adalah orang yang berpenyakit iaitu penyakit ragu ragu dengan kehebatan agama Allah.
Dalam Al Qur'an terminologi ini merujuk pada mereka yang tidak beriman namun berpura-pura beriman. QS (63:1-3) (1)Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.(2)Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan.(3)Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti.Berdasarkan hadits, Nabi Muhammad SAW mengatakan :"Tanda orang-orang munafik itu ada tiga keadaan. Pertama, apabila berkata-kata ia berdusta. Kedua, apabila berjanji ia mengingkari. Ketiga, apabila diberikan amanah (kepercayaan) ia mengkhianatinya" (HR. Bukhari dan Muslim).
Perihal perangai orang munafik yang di sebut dalam Al Quran berbagai
1. Kata kata mereka penuh putar belit dengan alasan tidak mahu melaksana perintah Allah apabila di rasa berat. Apa yang lunak di mulut tiada di dalam hati kerana di dalam hati mereka telah tidak ada iman.
3:167. Dan supaya Dia mengetahui orang-orang munafik apabila dikatakan kepada mereka, "Marilah berperang di jalan Allah, atau menangkislah." Mereka berkata, "Sekiranya kami mengetahui bagaimana hendak berperang, tentu kami mengikuti kamu." Mereka pada hari itu adalah lebih dekat dengan ketidakpercayaan (kekafiran) daripada keimanan mereka, dengan mengatakan dengan mulut mereka apa yang tidak ada di dalam hati mereka; dan Allah sangat mengetahui apa yang mereka menyembunyikan.
2. Mereka tidak mahu memutuskan pertingkaian dengan mengguna Islam sebagai penyelesaian dan dengan keras tidak mahu kepada pelaksanaan islam
4:61. Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Marilah kepada apa yang Allah menurunkan, dan rasul", kemudian kamu melihat orang-orang munafik menghalangi kamu dengan penghalangan yang keras.
3. Kaum Munafik suka memperolok atau memain mainkan mereka yang memanggil kepada Islam atau mereka yang berhujah dengan hujah Islam. Kalau zaman sekarang ia dalam bentuk percakapan atau penulisan berbagai bentuk
4:140. Dia menurunkan kepada kamu di dalam Kitab, "Apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah dinafikan, dan diperolok-olokkan, janganlah duduk bersama mereka sehingga mereka terjun pada hadis (pembicaraan) yang lain; jika tidak, kamu adalah serupa dengan mereka." Allah akan mengumpulkan orang-orang munafik, dan orang-orang yang tidak percaya, kesemuanya di dalam Jahanam.
4. Orang Munafik menganggap mereka smart dan intelligent dan boleh memanipulasi orang Islam mungkin kerana memikirkan kehebatan ilmu mereka. Tabiat malas menunaikan solat adalah sifat munafik dan kalau di tempat ramai berbuat baik dengan berlakun. Tetapi hakikat nya mereka menipu diri mereka sendiri tanpa sedar.
4:142. Orang-orang munafik hendak menipu Allah, tetapi Allah, Dia yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk solat, mereka berdiri dengan malas, menunjuk-nunjuk kepada manusia, dan tidak mengingat Allah, kecuali sedikit.
4:145. Sesungguhnya orang-orang munafik berada di dalam bahagian yang paling bawah di Api, dan kamu tidak mendapati bagi mereka sebarang penolong.
(kediaman mereka di akhirat)
8:49. Apabila orang-orang munafik, dan orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, berkata, "Agama mereka telah menipu mereka"; tetapi sesiapa mempercayakan (tawakal) kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Perkasa, Bijaksana.
9:64. Orang-orang munafik takut jika sebuah surah diturunkan terhadap mereka, yang memberitahu kamu apa yang di dalam hati mereka. Katakanlah, "Berolok-oloklah kamu; sesungguhnya Allah akan mengeluarkan apa yang kamu takuti."
(takut al-Qur'an ada menceritakan mengenai mereka)
9:67. Orang-orang munafik lelaki dan orang-orang munafik perempuan adalah sama satu sama lain; mereka menyuruh pada kemungkaran dan melarang daripada yang baik, dan mereka menggenggamkan tangan-tangan mereka; mereka melupakan Allah, dan Dia melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik, mereka adalah orang-orang fasiq (tidak mempedulikan perintah Tuhan).
9:68. Allah menjanjikan orang-orang munafik lelaki, dan orang-orang munafik perempuan, dan orang-orang yang tidak percaya, dengan api Jahanam, di dalamnya tinggal selama-lamanya. Cukuplah itu bagi mereka; Allah melaknatkan mereka, dan bagi mereka, azab yang kekal.
9:73. Wahai Nabi, berjuanglah terhadap orang-orang yang tidak percaya, dan orang-orang munafik, dan bersikapkeraslah terhadap mereka; tempat menginap mereka ialah Jahanam - satu kepulangan yang buruk!
9:77. Maka akibatnya, Dia meletakkan kemunafikan di dalam hati mereka hingga hari mereka menemui-Nya, kerana mereka memungkiri Allah pada apa yang mereka menjanjikan kepada-Nya, dan kerana merekalah pendusta-pendusta.
29:11. Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang percaya, dan Dia mengetahui orang-orang munafik.
33:1. Wahai Nabi, takutilah Allah, dan janganlah mentaati orang-orang yang tidak percaya, dan orang-orang munafik. Sesungguhnya Allah adalah Mengetahui, Bijaksana.
33:12. Dan apabila orang-orang munafik, dan orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit berkata, "Allah dan rasul-Nya menjanjikan kami hanya tipuan."
33:24. Supaya Allah membalas orang-orang yang benar kerana kebenaran mereka, dan mengazab orang-orang munafik, jika Dia mengkehendaki, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Pengampun, Pengasih.
33:48. Dan janganlah mentaati orang-orang yang tidak percaya (kafir), dan orang-orang munafik, dan janganlah mempedulikan gangguan mereka, dan kamu percayakanlah kepada Allah; cukuplah Allah sebagai wakil.
33:60. Sungguh, jika orang-orang munafik tidak berhenti, dan orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, dan mereka yang membuat kegemparan di kota, pasti Kami akan mendesak kamu untuk menyerang mereka, kemudian tidaklah mereka menjadi jiran kamu di situ, kecuali sedikit.
33:73. Supaya Allah mengazab orang-orang munafik lelaki dan orang-orang munafik perempuan, dan orang-orang lelaki yang menyekutukan dan orang-orang perempuan yang menyekutukan; dan supaya Allah menerima taubat orang-orang mukmin lelaki, dan orang-orang mukmin perempuan. Allah adalah Pengampun, Pengasih.
48:6. Dan supaya Dia mengazab orang-orang munafik lelaki dan orang-orang munafik perempuan, dan orang-orang lelaki yang menyekutukan dan orang-orang perempuan yang menyekutukan, dan orang-orang yang bersangkaan dengan sangkaan buruk terhadap Allah; terhadap merekalah giliran yang buruk. Allah murka pada mereka, dan melaknatkan mereka, dan menyediakan untuk mereka Jahanam - satu kepulangan yang buruk!
57:13. Pada hari apabila orang-orang munafik lelaki, dan orang-orang munafik perempuan, berkata kepada orang-orang yang percaya, "Tunggulah kami, supaya kami dapat meminjam cahaya kamu!" Dikatakan, "Kembalilah kamu ke belakang, dan carilah cahaya!" Dan sebuah dinding diadakan di antara mereka, yang mempunyai sebuah pintu, di dalamnya pengasihan, dan bertentangan dengan yang di luar di mana terdapat azab.
59:11. Tidakkah kamu merenungkan orang-orang munafik, yang berkata kepada saudara-saudara mereka daripada ahli Kitab yang tidak percaya, “Jika kamu diusir, kami akan keluar bersama kamu, dan untuk kamu, kami tidak akan mentaati sesiapa pun selama-lamanya. Jika kamu diperangi, kami akan menolong kamu.” Dan Allah mempersaksikan bahawa mereka adalah benar-benar pendusta-pendusta.
63:1. Apabila orang-orang munafik datang kepada kamu, mereka berkata, “Kami mempersaksikan bahawa kamu benar-benar rasul Allah.” Dan Allah mengetahui bahawa kamu adalah benar-benar rasul-Nya, dan Allah mempersaksikan bahawa orang-orang munafik adalah benar-benar pendusta-pendusta.
63:7. Merekalah orang-orang yang berkata, “Janganlah kamu menafkahkan kepada mereka yang dengan rasul Allah, sehingga mereka bersurai”; namun begitu, kepunyaan Allah perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik tidak memahami.
63:8. Mereka berkata, “Jika kita kembali ke Kota, orang-orang yang perkasa daripadanya akan mengusir orang-orang yang lebih hina”; namun begitu, kemuliaan adalah bagi Allah, dan bagi rasul-Nya, dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik tidak mengetahuinya.
66:9. Wahai Nabi, berjuanglah terhadap orang-orang yang tidak percaya dan orang-orang munafik, dan bersikapkeraslah terhadap mereka; tempat menginap mereka ialah Jahanam - satu kepulangan yang buruk!
KEJUJURAN
Di dalam perjalanan hidup ini, kejujuran merupakan sebuah kartu indentitas yang dapat diandalkan, walaupun berada ditempat manapun senantiasa disambut dengan hangat.
Jujur juga merupakan kartu kredit yang sangat dapat diandalkan, walaupun hendak membeli barang apapun tidak akan menimbulkan kecurigaan orang lain. Jujur di dalam pergaulan masyarakat ibarat adalah sebuah tali pengikat.
Orang yang jujur, walaupun berada di tempat manapun, pada waktu apapun, akan dengan tulus hati menghadapi segala masalah, tidak ada penyesalan, tidak ada rasa takut, dapat hidup dengan tenang, rileks dan aman.
Di dalam kehidupan ini jika tidak ada rasa jujur, seperti hidup di dalam lingkungan kejahatan, seperti menghirup udara yang tercemar, seperti berada di cuaca yang berawan tidak ada sinar matahari, seluruh alam kelihatannya penuh kejahatan dan jebakan, setiap melangkah maju setapak harus sangat berhati-hati.
Apabila tidak ada rasa jujur, akan seperti sebuah gunung yang gersang. Jangankan tumbuh sebatang pohon, sebatang rumputpun susah tumbuh. Gunung yang seperti itu walaupun sangat besar dan tinggi, sama sekali tidak akan menarik karena tidak ada pemandangan yang cantik yang bisa memikat orang.
Oleh sebab itu, orang yang licik, hatinya senantiasa mengandung rasa iri, berpikiran picik, bersamaan dengan itu hatinya tidak tenang, selalu merasa takut, di dalam sanubarinya kehilangan ketenangan, kedamaian, keharmonisan, juga tidak akan memiliki barang yang paling berharga didunia ini yaitu cinta kasih dan rasa persabahatan yang setia, seumur hidupnya tidak dapat dengan gagah perkasa menghadapi kehidupan ini.
Orang yang jujur jika menjumpai kesulitan, senantiasa dihadapi dengan rasa bahagia, walaupun menghadapi kesulitan apapun, akan mendapat rasa simpati dari orang lain. Ada orang yang menolong, ada yang membantu, ada yang memperhatikan .
Orang yang picik, walaupun menghadapi kebahagiaan, akan merasa sengsara, walaupun setenar apapun, akan ditertawai orang lain, dicaci maki, dikucilkan, dipermalukan, dan dipermainkan orang lain. (Erabaru/hui)
Ciri - Ciri Istri Solehah
Isteri yang solehah adalah isteri yang mahu menjadi teman berunding bagi suami dan menjadi sahabat dalam menyelesaikan pelbagai masalah. Itulah hubungan suami isteri itu diertikan orang sebagai �teman hidup�.Jika suami menghadapi masalah untuk mencapai cita-citanya dan cita-cita keluarga maka bermotivasilah kepadanya dan hiburkanlah hatinya . Isteri teladan disamping ia memberi dorongan dan bermotivasi kepada suami ia juga merupakan sumber ilham bagi suami. Ini membuatkan hati suami tenteram apabila bersama isteri dan segala masalah dihadapinya bersama-sama.
Di antara ciri-ciri isteri solehah yang lain ialah:
*
Mentaati Allah SWT dan mengerjakan segala perintah suami selagi tdak melanggar perintah Allah.
*
Bersikap malu terhadap suami.
*
Berdiam diri ketika suami sedang berkata-kata, baru berbicara setelah ia selesai berbicara.
*
Berdiri tegak sebagai tanda hormat semasa ia datang dan pergi.
*
Sentiasa menyerahkan diri kepadanya apabila ia memerlukannya.
*
Memakai wangi-wangian di hadapan suami.
*
Menjaga mulut daripada bau-bauan yang tidak menyenangkan.
*
Tidak mengkhianati dan berlaku curang terhadapnya ketika ketiadaan suami.
*
Sentiasa menghormati keluarga suami .
*
Bersyukur di atas apa yang disediakan oleh suami.
*
Tidak berpuasa sunat tanpa kebenaran suami.
*
Tidak keluar rumah kecuali dengan izin suami.
Dan hari ini kucedok sedikit rencana dari majalah yang pernah ku baca untuk renungan bersama.
Menjadi suri rumah adalah impian setiap wanita yang telah cukup umur dan untuk menjadi seorang suri rumah sepenuh masa yang berwibawa mereka harus melakukan kerja-kerja yang melibatkan pengurusan, kesetiausahaan, pendidikan dan asuhan.
Mereka kenalah pandai merancang, mengatur, menyusun dan melakukan kerja-kerja besar hinggalah yang remeh-temeh dalam lingkungan tempat kerja yang mereka sendiri menjadi bos dan kulinya. Mereka bekerja tanpa cuti dan tapa mengharapkan upah. Jauh sekali menuntut bonus tahunan atau menagih pengiktirafan. Segalanya dilakukan demi sebuah tanggungjawab membina syurga idaman. Itulah peranan sekilas isteri-isteri yang menjadi SURI RUMAH sepenuh masa.
Satu tugas berat yang bermula sebaik-baik sahaja rumah tangga mula didirikan. Ia memerlukan persediaan jiwa, ilmu dan kemahiran lebih awal sebelum melangkah ke gerbang perkahwinan. Dan cabarannya tentulah semkin sukar dan hebat apabila anggota keluarga makin bertambah dan keluarga semakin besar.
Di antara ciri-ciri isteri solehah yang lain ialah:
*
Mentaati Allah SWT dan mengerjakan segala perintah suami selagi tdak melanggar perintah Allah.
*
Bersikap malu terhadap suami.
*
Berdiam diri ketika suami sedang berkata-kata, baru berbicara setelah ia selesai berbicara.
*
Berdiri tegak sebagai tanda hormat semasa ia datang dan pergi.
*
Sentiasa menyerahkan diri kepadanya apabila ia memerlukannya.
*
Memakai wangi-wangian di hadapan suami.
*
Menjaga mulut daripada bau-bauan yang tidak menyenangkan.
*
Tidak mengkhianati dan berlaku curang terhadapnya ketika ketiadaan suami.
*
Sentiasa menghormati keluarga suami .
*
Bersyukur di atas apa yang disediakan oleh suami.
*
Tidak berpuasa sunat tanpa kebenaran suami.
*
Tidak keluar rumah kecuali dengan izin suami.
Dan hari ini kucedok sedikit rencana dari majalah yang pernah ku baca untuk renungan bersama.
Menjadi suri rumah adalah impian setiap wanita yang telah cukup umur dan untuk menjadi seorang suri rumah sepenuh masa yang berwibawa mereka harus melakukan kerja-kerja yang melibatkan pengurusan, kesetiausahaan, pendidikan dan asuhan.
Mereka kenalah pandai merancang, mengatur, menyusun dan melakukan kerja-kerja besar hinggalah yang remeh-temeh dalam lingkungan tempat kerja yang mereka sendiri menjadi bos dan kulinya. Mereka bekerja tanpa cuti dan tapa mengharapkan upah. Jauh sekali menuntut bonus tahunan atau menagih pengiktirafan. Segalanya dilakukan demi sebuah tanggungjawab membina syurga idaman. Itulah peranan sekilas isteri-isteri yang menjadi SURI RUMAH sepenuh masa.
Satu tugas berat yang bermula sebaik-baik sahaja rumah tangga mula didirikan. Ia memerlukan persediaan jiwa, ilmu dan kemahiran lebih awal sebelum melangkah ke gerbang perkahwinan. Dan cabarannya tentulah semkin sukar dan hebat apabila anggota keluarga makin bertambah dan keluarga semakin besar.
Langganan:
Postingan (Atom)